Mengaji ‘amanah’ kepada almarhum Kyai Abd. Wahid Zaini
Pitutur16 Mar 2012
Allah yarhamh .. kiranya belumlah hilang lelah dan penat beliau
“terros, dhe’remmah lek” sambung Kyai Wahid
“saka’intoh kak, abdinah atas nama MWCNU Kraksaan bhen sakanca’an pengurus cabang se-tapal kuda bhen madhureh terro matorah ‘nyo’onah kesediaannah’ ajunan di calonkan ketua umum PBNU” ujar Kyai Faqih
“berempah cabang se adhukung?” lanjut Kyai Wahid
as-sholatu khoirum minan naum …..
allahu akbar, allahu akbar ….
laa ilaha illallah …….. ”
Kyai Wahid memikirkan kembali ‘pinangan’ para pengurus cabang untuk berkhidmah di posisi ketua umum PBNU
Kyai Wahid mulai menganalisa peluang ketua umum PBNU yang kemungkinan besar beliau terpilih
Kyai Wahid mulai mengkonsep program-program PBNU yang akan di tawarkan pada peserta Muktamirin
Kyai Wahid mulai ……… (allahu ‘a’lam bi- ‘mulai’ himmah luhur apalagi)
Kyai Wahid teringat kembali akan ‘pinangan’ itu
sontak …
Kyai Wahid teringat akan Pesantren Nurul Jadid
Pesantren yang di amanahkan oleh kakak beliau Kyai Muhammad Hasyim Zaini
Pesantren yang di setiap pagi sorenya selalu menanti kajian kitab beliau
Pesantren yang di sela kesibukan beliau, sangat membutuhkan kehadiran beliau
Pesantren yang nantinya jika beliau terpilih, harus beliau tinggalkan ke jakarta
Pesantren yang amat beliau sayangi
Pesantren yang harus memaksa beliau memanggil kembali Kyai Faqih, untuk menyampaikan salam maaf pada para pengurus cabang dengan pesan beliau “athoraghi ka para pengurus cabang, engko’ tak bisah acallon ketua umum PBNU, engko’ mun dheddih ketua umum kodhuh bedheh ee jakarta, engko’ ta’bisah ningghel pondhuk tanjhung,saporanah”
tak seperti kita ……
yang rela pensiun sebagai guru ngaji karena tergiur jabatan ‘pak tengghi’
yang ikhlas mengejar sertifikasi dengan mengabaikan santri
yang hobby rangkap 5 jabatan tanpa sadar kemampuan
Kyai yang menolak dering telepon Presiden Soeharto untuk menjadi Menteri
0 comments:
Post a Comment